Teknik Bertahan Hidup: Pelatihan Ekstrem untuk Prajurit Kopassus

Pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dikenal sebagai unit elite TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Salah satu inti dari pelatihan mereka yang ekstrem adalah penguasaan Teknik Bertahan Hidup di berbagai lingkungan paling menantang. Kemampuan ini sangat krusial, mengingat misi Kopassus seringkali menempatkan mereka di daerah terpencil atau di balik garis musuh tanpa dukungan logistik yang memadai.

Pelatihan Teknik Bertahan Hidup Kopassus mencakup simulasi situasi di mana prajurit harus mengandalkan insting, pengetahuan, dan sumber daya alam sekitar untuk tetap survive. Ini meliputi pencarian dan pengolahan air bersih dari sumber alami, identifikasi tumbuhan dan hewan yang aman untuk dimakan, serta pembuatan tempat perlindungan darurat dari bahan-bahan yang tersedia di hutan, gurun, atau pegunungan. Setiap prajurit juga diajarkan cara membuat api tanpa korek api, mengolah makanan mentah, dan mempraktikkan navigasi darat dengan kompas serta peta manual tanpa bantuan teknologi.

Aspek lain yang sangat ditekankan adalah kemampuan beradaptasi dengan kondisi ekstrem dan tekanan psikologis. Prajurit dilatih untuk mengatasi rasa lapar, haus, dingin, dan kelelahan akut, sambil tetap menjaga fokus pada misi. Latihan ini sering kali dilakukan secara solo atau dalam tim kecil tanpa dukungan eksternal selama beberapa hari, menguji ketahanan mental dan fisik hingga batasnya. Mayor Jenderal TNI (Purn.) Benny Moerdani, legenda Kopassus, dalam retrospeksi pelatihan di masa lalu, pernah menyatakan, “Seorang komando harus bisa hidup di mana pun, kapan pun, dengan apa pun.”

Selain itu, Teknik Bertahan Hidup juga mencakup aspek pertolongan pertama dalam kondisi darurat. Prajurit dilatih untuk menangani luka, patah tulang, atau penyakit yang mungkin timbul di medan operasi yang jauh dari fasilitas medis. Mereka juga belajar cara membangun sinyal darurat untuk meminta bantuan atau evakuasi jika diperlukan.

Pada 10 Juni 2025, satu tim instruktur dari Pusat Pendidikan Kopassus mengadakan sesi pelatihan khusus survival bagi personel gabungan yang akan ditugaskan ke daerah terpencil, termasuk beberapa anggota dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang bertugas di wilayah konservasi hutan. Pelatihan ini berlangsung selama 3 hari di kawasan hutan lindung. Bahkan, pihak berwenang seperti Kepolisian Sektor setempat secara rutin berkoordinasi dengan Kopassus untuk mengamankan area latihan ekstrem ini.

Dengan penguasaan Teknik Bertahan Hidup yang luar biasa ini, prajurit Kopassus siap menghadapi segala kondisi tak terduga dan menyelesaikan misi mereka, bahkan di lingkungan paling tidak ramah sekalipun. Ini adalah inti dari profesionalisme seorang prajurit komando sejati.