Pelatihan Kopassus dikenal luas sebagai salah satu pendidikan militer paling berat dan menantang di dunia. Meskipun kurikulum dan standar dasar pelatihan sudah sangat ketat di pusat pendidikan, intensitas dan tingkat kesulitan pelatihan Kopassus justru meningkat secara signifikan ketika memasuki fase lapangan. Di sinilah mental baja, fisik prima, dan kemampuan taktis para calon prajurit elite ini benar-benar diuji hingga batas maksimal.
Perbedaan utama antara pelatihan Kopassus di dalam ruangan atau pusat pendidikan dengan di lapangan terletak pada realisme dan tekanan situasional yang dihadapi para siswa. Di lapangan, mereka dihadapkan pada kondisi lingkungan yang ekstrem, medan yang berat, simulasi pertempuran yang mendekati kenyataan, serta tekanan psikologis yang tinggi. Instruktur tidak lagi memberikan instruksi secara teoritis, melainkan menuntut aplikasi langsung dari semua materi yang telah dipelajari dalam kondisi yang serba sulit dan tidak terduga.
Menurut penuturan mantan Komandan Jenderal Kopassus, Mayor Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto, dalam sebuah wawancara yang dikutip dari arsip berita pada tanggal 10 Juni 2020, filosofi pelatihan Kopassus adalah “Lebih baik mandi keringat di medan latihan daripada mandi darah di medan pertempuran.” Prinsip ini tercermin jelas dalam setiap tahapan latihan lapangan yang dirancang untuk menempa prajurit yang tangguh,Adaptif, dan mampu bertahan dalam kondisi apapun.
Salah satu contoh kerasnya pelatihan Kopassus di lapangan adalah tahap survival. Dalam fase ini, para siswa diterjunkan di hutan belantara atau pegunungan dengan bekal minim dan dituntut untuk bertahan hidup selama beberapa hari tanpa bantuan dari luar. Mereka harus mencari makan, minum, membuat tempat berlindung, dan menghindari segala macam bahaya alam. Latihan ini tidak hanya menguji kemampuan fisik, tetapi juga mental, kreativitas, dan kemampuan bekerja sama dalam tim.
Selain itu, latihan tempur di lapangan juga jauh lebih intens dan realistis. Para siswa akan dihadapkan pada simulasi penyergapan, penghadangan, pertempuran jarak dekat, dan berbagai skenario operasi khusus lainnya. Mereka dituntut untuk bergerak cepat, mengambil keputusan tepat di bawah tekanan, dan melumpuhkan musuh dengan efektif. Penggunaan peluru tajam dengan pengawasan ketat juga menjadi bagian dari latihan untuk membangun mental tempur yang sesungguhnya.
Menurut pengamatan seorang jurnalis yang meliput latihan lapangan Kopassus di daerah pegunungan Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 2024, yang dipublikasikan dalam Majalah “Komando” edisi Agustus 2024, para siswa terlihat berjuang keras melewati berbagai rintangan alam dan simulasi pertempuran. Teriakan instruktur yang tegas dan keras terdengar di seluruh area latihan, memompa semangat dan menguji mental para calon prajurit elite ini.
Dapat disimpulkan bahwa pelatihan Kopassus di lapangan adalah fase krusial yang jauh lebih menantang dan keras dibandingkan dengan pelatihan di pusat pendidikan. Di sinilah para calon prajurit benar-benar ditempa menjadi prajurit elite yang memiliki ketahanan fisik dan mental luar biasa, siap menghadapi segala medan dan tugas yang diemban. Ketegasan dan kerasnya latihan lapangan adalah kunci utama dalam membentuk prajurit Kopassus yang tangguh dan profesional.