TNI Angkatan Darat (AD) secara konsisten melakukan diversifikasi perlengkapan tempur daratnya, tidak hanya mengandalkan produk dalam negeri tetapi juga mengintegrasikan teknologi dari berbagai negara mitra. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan pertahanan, memastikan kesiapan operasional dalam menghadapi berbagai ancaman, dan memanfaatkan keunggulan teknologi dari berbagai produsen global. Kombinasi antara produksi lokal dan impor strategis menjadi kunci utama dalam membangun kekuatan darat yang tangguh.
PT Pindad (Persero) menjadi ujung tombak dalam diversifikasi perlengkapan dari sisi produksi dalam negeri. Perusahaan ini telah berhasil memproduksi berbagai alutsista (alat utama sistem senjata) darat yang diakui kualitasnya, seperti Panser Anoa 6×6, yang memiliki berbagai varian mulai dari pengangkut personel hingga kendaraan komando. Selain itu, Pindad juga memproduksi senapan serbu SS2 yang menjadi standar bagi prajurit TNI, serta senapan mesin dan pistol. Keberhasilan Pindad dalam mengembangkan Tank Harimau, sebuah tank medium hasil kolaborasi dengan Turki, juga menunjukkan kapasitas Indonesia untuk menciptakan sistem pertahanan yang kompleks dan relevan dengan kondisi geografis tropis. Pada pameran pertahanan Indo Defence 2024 yang berlangsung pada November 2024, PT Pindad memamerkan sejumlah purwarupa sistem senjata baru yang sedang dalam tahap pengembangan.
Di sisi lain, Indonesia juga melakukan diversifikasi perlengkapan melalui pengadaan alutsista dari negara-negara lain, salah satunya Jerman. Contoh paling menonjol adalah pengadaan Tank Tempur Utama (MBT) Leopard 2RI dan Kendaraan Tempur Infanteri (IFV) Marder 1A3. Leopard 2RI memberikan daya gempur dan perlindungan superior yang dibutuhkan untuk operasi lapis baja berat, sementara Marder 1A3 meningkatkan mobilitas dan perlindungan bagi pasukan infanteri di medan tempur. Kendaraan-kendaraan ini telah terbukti di berbagai palagan dan membawa standar teknologi Eropa ke dalam jajaran TNI AD. Pelatihan ekstensif untuk operator dan teknisi telah dilakukan, termasuk sesi simulasi dan live-fire exercise di pusat-pusat latihan militer, seperti yang terakhir dilaksanakan pada Jumat, 10 Januari 2025, di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Kodiklatad.
Strategi diversifikasi perlengkapan ini tidak hanya berfokus pada jenis alutsista, tetapi juga pada sumber teknologinya. Dengan memiliki pasokan dari berbagai negara dan kemampuan produksi sendiri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada satu pemasok tunggal dan memastikan fleksibilitas dalam rantai pasok pertahanan. Hal ini juga memungkinkan TNI AD untuk memiliki spektrum kemampuan yang lebih luas, siap menghadapi ancaman asimetris maupun konvensional.
Secara keseluruhan, diversifikasi perlengkapan tempur darat Indonesia, dari produk buatan Pindad hingga akuisisi dari Jerman dan negara-negara lain, mencerminkan visi strategis untuk membangun kekuatan pertahanan yang modern, mandiri, dan tangguh. Ini adalah langkah proaktif dalam menjaga stabilitas dan kedaulatan negara di tengah dinamika geopolitik global.