Barak Militer Jadi Tempat “Gembleng” Siswa Nakal Jawa Barat

Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengambil langkah kontroversial dengan menjadikan barak militer sebagai tempat “gembleng” atau pembinaan bagi siswa nakal. Program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan kedisiplinan, menanamkan nilai-nilai kebangsaan, dan diharapkan dapat mengubah perilaku siswa yang bermasalah. Namun, kebijakan ini juga menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat dan pemerhati pendidikan. Artikel ini akan menyoroti implementasi program “gembleng” siswa nakal di barak militer Jawa Barat dan mempertimbangkan efektivitasnya dalam membangun karakter.

Program “gembleng” di barak militer umumnya melibatkan kegiatan fisik yang intensif, pelatihan kedisiplinan ala militer, dan penanaman nilai-nilai patriotisme. Harapannya, lingkungan barak militer yang terstruktur dan penuh aturan dapat memberikan efek jera bagi siswa nakal serta membentuk kebiasaan positif. Pendukung program ini berargumen bahwa kedisiplinan militer dapat membantu siswa belajar bertanggung jawab, menghormati aturan, dan mengembangkan mental yang kuat.

Namun, tidak sedikit pihak yang meragukan efektivitas barak militer sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi kenakalan siswa. Beberapa kritikus berpendapat bahwa pendekatan militeristik yang cenderung keras dan otoriter kurang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan yang humanis dan berpusat pada siswa. Mereka khawatir bahwa lingkungan barak militer dapat menimbulkan tekanan psikologis, trauma, atau bahkan kekerasan di antara siswa.

Selain itu, pertanyaan mengenai akar penyebab kenakalan siswa juga menjadi perhatian. Kenakalan remaja seringkali merupakan manifestasi dari masalah sosial, keluarga, atau psikologis yang lebih dalam. Memindahkan siswa ke barak militer tanpa mengatasi akar masalah tersebut dikhawatirkan hanya akan memberikan solusi sementara dan tidak berkelanjutan. Pendekatan yang lebih komprehensif, melibatkan bimbingan konseling, pendampingan psikologis, dan kerjasama dengan keluarga serta masyarakat, mungkin lebih efektif dalam menangani kenakalan siswa secara holistik.

Efektivitas program “gembleng” siswa nakal di barak militer Jawa Barat masih perlu dievaluasi secara mendalam. Penting untuk mengumpulkan data dan menganalisis dampak program ini terhadap perubahan perilaku siswa dalam jangka panjang. Selain itu, perlu dipertimbangkan alternatif pembinaan lain yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan modern dan fokus pada pengembangan karakter positif siswa secara menyeluruh. Menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan inklusif di sekolah mungkin menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dalam mengatasi kenakalan siswa.